Senin, 26 November 2012

BELAJAR PEMAKAIAN MANUAL MODE DSLR



Dulu awalnya sebelum mengerti fotografi saya sering menggunakan auto mode atau P mode untuk motret, tapi setelah dipikir-pikir harga kamera DSLR ini tidak murah sayang kalau fungsinya tidak digunakan optimal, akhirnya saya mencoba untuk mempelajari cara menggunakan manual mode.
Tidak sampai sebulan sedikitnya sudah paham meskipun sampai sekarang masih perlu banyak bimbingan dari org yg lebih berpengalaman. Sekarang ini, pengalaman yang dulu saya alami ingin saya bagikan kepada para pemula yang benar2 ingin belajar fotografi, anggap aja mulai dari nol.
Ada beberapa basic step yg perlu dipahami supaya bisa menggunakan manual mode.
I. LENSA
pertama yang perlu dipelajari adalah spesifikasinya lensa, saya ambil contoh lensa kitnya canon 350D yaitu EF-S 18-55  f/3.5-5.6  USM.
Apa yang dimaksud EF-S ?
Lensa EF-S ini hanya bisa digunakan di kamera APS-C salah satunya canon 350D yang harganya jauh lebih murah daripada lensa EF yg digunakan untuk kamera 35 mm Full Frame seperti canon 5D atau 1D. Sebenarnya lensa EF sendiri juga bisa digunakan di kamera APS-C tetapi ada pemotongan gambar istilah kerennya crop factor. Untuk detailnya bisa melihat di artikel saya yang lain atau bisa baca di wikipedia dulu, ini linknya APS-C dan EF-S
Apa yang dimaksud 18-55?
Ini istilah kerennya ‘focal length’ disingkat FL kalau FL nya 18 mm berarti sudut pandangannya(zoom) lebar artinya bisa untuk  foto pemandangan atau foto group, semakin tinggi nilai FL nya semakin sempit sudut pandangnya, 55 mm menurut saya lumayan sempit cocok buat foto portrait. Kalau mau lebih sempit biasanya 70 mm keatas, sedangkan untuk lebih lebar bisa coba 11mm, tapi 18 mm saya rasa sudah lumayan lebar. Semua tergantung kebutuhan.
Apa yang dimaksud 18-55mm f/3.5 – 5.6 
yg biasa kita sebut aperture/diafragma istilah kerennya ‘bukaan’Coba perhatikan angka f/2.8, 5.6, 11 di  gambar bawah, mungkin ada orang yg berpikir kalau 2.8 < 22 maka seharusnya 2.8 bukaan kecil dan 22 bukaan besar. Itu pikiran yg salah, sebenarnya maksud penulisan f/2.8 = 1/2.8 dan f/11 = 1/11, jadi dalam hitungan matematika 1/2.8 > 1/11 yang berarti semakin kecil angka f  semakin besar bukaannya yg biasa kita sebut bukaan besar, sedangkan kalau  angka f-nya semakin besar bukaannya justru semakin kecil.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang ada orang yang bilang ‘coba pakai f kecil’ dan ada juga yang bilang ‘coba pakai bukaan besar’, Keduanya mempunyai arti yang sama, jadi jangan sampai bingung, pakai salah satu sebagai acuan anda sendiri, kalau saya pribadi lebih senang pakai kata bukaan besar/bukaan kecil.
f28f56f11
Jadi yang dimaksud dari angka 3.5 mm pada lensa kit canon 350D adalah angka maksimum bukaan terbesar pada focal length 18mm, tidak mungkin kalau anda menginginkan FL 18 mm dg bukaan 2.8 (bukaan yg lebih besar) tapi kalau bukaan lebih kecil seperti 5.6  sampai 22 masih bisa, tergantung dari spec-nya kamera. Begitu sebaliknya maksud angka 5.6 pada lensa adalah angka maksimum bukaan terbesar pada focal length 55mm, kalau anda menginginkan bukaan 3.5 pada FL 55mm itu tidak mungkin. Kalau misalnya anda punya lensa EF 24-70 f/2.8L USM, ini berarti FL mulai 24 – 70 bisa menggunakan f/2.8, maka itu untuk lensa seperti ini harganya selangit, bahkan melebihi harga body canon 350D.
  • Sekarang saya ingin menjelaskan sedikit tentang gambar tadi yg diatas. Coba perhatikan gambar kiri yg pertama, camera diasumsikan di tulisan f/2.8 atau gambar aperture. Kenapa kalau lensa yang nilai f-nya semakin kecil spt 1.4 atau 2.8 fixed selalu mahal, memang banyak faktor yg membuat lensa tsb mahal, tapi yg perlu anda ketahui semakin nilai f-nya kecil seperti f/2.8, objek yg di titik fokuskan jauh lebih tajam, detail daripada f/5.6  dan untuk backgroundnya juga jauh lebih blur daripada f/5.6.
  • Sedangkan di gambar ke 2, objeknya masih tajam tapi tidak setajam yang pertama, backgroundnya juga tidak terlalu blur
  • Dan yg terakhir semua objek tajam tapi tidak setajam kedua dan pertama, biasanya selain menggunakan f/11 bisa juga coba f/8.
II. ISO
Hal ke 2 yg perlu diketahui adalah ISO. kata ISO sama dgn ASA seperti pada kamera manual yang memakai roll film. Cuma yg perlu anda ketahui, semakin rendahnya angka ISO seperti 100, tingkat kepekaan cahayanya semakin kecil maksutnya jika memotret di dalam ruangan agak remang2 dengan menggunakan ISO 100 (rendah) maka hasilnya akan gelap, tapi lihat kebutuhan juga karena kadang memang disengaja untuk mendapat hasil yg dramatis, biasanya kalau saya ISO 100 dipakai waktu outdoor dan cuaca cerah.
Begitu sebaliknya semakin tinggi nilai ISO misalnya 1600, semakin besar tingkat kepekaan cahayanya, biasanya ISO 1600 digunakan pada saat situasi terjepit misalnya tidak boleh menggunakan flash dan kondisi ruangan gelap, hasilnya mungkin bisa terang tapi gambar kasar (noise), seperti bintik2 warna warni.
kalau saya sendiri misalnya motret di ruangan, saya pakai ISO 200 juga terkadang 400, untuk 800 dan 1600 sangat jarang, tergantung kebutuhan.
III. Shutter
Hal ke 3 adalah shutter, bahasa kita adalah kecepatan rana. pengertian shutter adalah lamanya waktu aperture buka, maksutnya begini, di manual mode waktu anda set bukaan 5.6 dan shutternya 1oo, ketika anda tekan full tombol rana (click), aperture akan membuka besarnya 1/5.6 spt gambar diatas selama 1/100 detik.
Untuk kamera 350D ada fasilitas BULB, ini maksutnya lama waktu bukaan aperturenya ditentukan oleh kita sendiri, misalnya anda set bukaan 5.6 lalu shutternya BULB, di 350D waktu anda tekan clik penuh, tombolnya jangan dilepas, tahan/hold selama anda mau misalnya 20 detik lalu lepas, hasilnya pasti hancur karena f/5.6 lumayan besar dan 20 detik bukan waktu yg singkat.
Tapi coba aja pada waktu malam hari di atas gedung memotret jalanan yg banyak mobil lalu lalang, lalu set f/22 dan shutternya bulb, lalu click dan hold selama 20 detik, hasilnya mungkin masih bagus, lampu2 mobil di jalan raya seperti kelihatan garis2 mengikuti jalan, tapi dgn catatan mobil yg lalu lalang sedikit, kalau banyak jgn 20 detik, terlalu lama.
hasilnya kira2 seperti ini
hasilnya kira2 seperti ini
Bagaimana kalau shutter tinggi seperti 1/250, coba aja cari objek air terjun/air mancur/paling gampang air kran, yg pertama menggunakan shutter rendah bisa bulb, 10″, 5″ dan yg kedua 1/200, hasil yang pertama airnya kelihatan ngalir terus dan yg ke 2 airnya terlihat seperti berhenti. Kenapa bisa demikian? karena 1/250 merupakan waktu yg sangat cepat sehingga bisa membekukan suatu objek, sedangkan 5″ adl waktu yang lama, sensor kamera mengambil gambar terus-terusan selama 5 detik akibatnya gambar sepertinya bergerak hidup. Keduanya sama2 bagus tergantung situasi, kondisi, dan penggunaannya.
shutter rendah
shutter rendah
shutter tinggi (cepat)
shutter tinggi (cepat)

IV. Flash
Kalau di luar ruangan dan cuaca cerah mungkin flash tidak dibutuhkan kecuali mungkin objeknya terkena bayangan pohon, daun, topi, dll baru flash bisa digunakan sebagai fill in, bisa juga digunakan waktu sumber cahaya berada di belakang objek kecuai kalau mau foto siluet.
Kalau di dalam ruangan internal flash bisa saja dibutuhkan, untuk 350D dilengkapi fasilitas metering cahaya gunanya untuk mengetahui sebelum dipotret apakah nanti hasilnya over expose (terlalu terang) atau under expose (terlalu gelap). Tapi kalau saya pribadi agak ngga begitu percaya dengan meteringnya 350D dan juga saya agak ngga suka hasil foto yang langsung mepakai direct flash. untuk lebih detailnya bisa lihat di artikel saya yg lain mengenai flash.
Manual Mode
OK, sekarang saya ingin bahas mengenai penggunaan pada manual mode di canon 350D, memang ini bisa kita pelajari lewat buku manualnya tapi terkadang masih bingung juga. Ini saya coba jelaskan pakai versi saya sendiri, semoga aja ngga tambah bingung :)
anim_hb_prob_iso
image from dpreview.com
  • Asumsi posisi lensa di FL 18 mm, lalu pilih manual mode dan langsung tentukan ISO, di body 350D ada shortcut tombol ISO berupa panah atas. misalnya posisi anda skg didalam ruangan dgn kondisi cahaya cukup terang pokoknya membaca tulisan masih jelas. pilih ISO 200.
topcontrols1
  • Tekan tombol Av/FE lock (spt gmb diatas) dan hold (tekan terus) lalu scroll ke kiri sampai bukaan terbesar 3.5 untuk lensa kit 350D, angka 3.5 tampak diatas layar LCD, ini menunjukan nilai aperture atau f.
  • Selanjutnya pilih tombol scroll untuk tentukan shutter, coba scroll ke kanan/kiri sampai menunjukkan angka 100 yg berarti shutternya 1/100 sec.
viewfinderview1
image from dpreview.com
  • kalau sudah, coba metering dalam ruangan, caranya bidik salah satu objek kira2 jarak camera 2 meter dari objek, nanti di dalam viewfinder (jendela intip) disebelah kanan angka aperture 3.5 ada exposure comp./level (gmb diatas) di bawah angka -2, maksutnya kondisi  yg hanya terlihat di viewfinder under 2 stop, jadi kalau anda clik hasilnya pasti gelap sekali bahkan mungkin ngga kelihatan, jadi coba scroll ke kiri untuk mengganti nilai shutternya, scroll sampai tandanya tidak ngeblink bahkan kalau bisa scroll sampai panahnya mengarah ke kanan menuju angka 0, yang artinya tidak under dan tidak over, lalu click, tapi awas mungkin shutternya menunjukan angka yang minim seperti 0.3″ artinya waktu anda tekan full click, dalam waktu 0.3 detik kalau bisa tangan jangan goyang atau getar, karena gambarnya bisa kacau, makanya ada lensa yang diberi fasilitas IS (image stabilizer) fungsinya supaya mengurangi getaran pada tangan dan juga ada lensa yang bukaannya besar seperti f/2.8 sehingga dalam kondisi agak gelap tidak perlu sampai selama itu shutternya.
Hasilnya gimana cukup bagus tidak? tapi karena shutternya agak lama mungkin kalau di zoom review gambarnya agak goyang, coba naikkan ISO jadi 400, ingat artinya ISO kan, semakin tinggi ISO semakin peka cahaya. Lalu lihat di viewfinder panahnya pasti ngeblink lagi tapi lebih dari 0, entah lebih 1 stop atau 2 stop, coba kecilkan shutternya sampai di titik 0, kemungkinan shutternya dapat angka 5, pokoknya lebih cepat dari sebelumnya (0.3″). lalu clik, bandingkan hasilnya, dari segi warna sih sama cuma goyangnya mungkin berkurang tapi noisenya tambah mengingat ISO semakin tinggi semakin noise.
Mungkin ada pertanyaan dipikiran anda supaya tidak goyang shutternya harus berapa, kalau menurut pengalaman saya pribadi, kalau untuk foto objek yg tidak bergerak 1/60 cukup, tapi kalau foto org dewasa misalnya foto group bisa 1/80, kalau anak2 yang suka bergerak ringan, misalnya goyang kepala, tangan bisa pakai 1/100 tapi kalau sampai loncat2, lari bisa l/125 bahkan lebih. Tapi ini jangan dijadikan patokan, karena ada juga untuk motret org lari dgn menggunakan speed/shutter rendah supaya hasilnya kelihatan hidup.
Bagaimana dgn settingan aperturenya, saya biasanya pakai bukaan yg paling lebar kecuali kalau memang menginginkan background terang bisa pakai f/8 atau backg ngga terlalu blur f/5.6, tapi kalau pakai f/8, shutternya hrs rendah/lambat, misalnya takut goyang bisa akali pakai flash kekuatan penuh, yg tentunya pakai external flash, karena ada settingan manualnya bisa di tentukan sendiri kekuatan cahayanya.
Bagaimana? kira2 mudah dimengerti pembahasan saya? sekarang coba deh lakukan sekali lagi  mulai dari metering ruangan tapi dengan menggunakan internal flash, bandingkan hasilnya dgn tanpa flash. Kalau punya external flash, coba di bouncing, hasilnya juga beda, bisa lebih bagus, itu menurut saya loh, karena tidak semua orang punya tanggapan yang sama terhadap suatu karya.
Jadi kesimpulannya untuk menggunakan manual mode butuh waktu untuk terus mencoba, pokoknya yg perlu diperhatikan cuma shutter, f, dan ISO, flash (lebih baik external flash), untuk lainnya jangan dulu, pahami 4 macam itu, lama kelamaan jadi terbiasa, sehingga cukup dengan melihat situasi ruangan sudah bisa kira2 mau ISO berapa, bukaan berapa, shutter berapa. Kalau cuma andalkan auto mode saya rasa tantangannya kurang.
Sebenarnya sih masih banyak lagi yang perlu dipelajari seperti metering mode, AWB,Histogramcara membaca MTF-Chart dll. Tapi saya rasa lebih baik pelajari dulu basicnya, setelah itu pelan2 pelajari yang lain. Kalau ada waktu saya tulis lagi deh, mungkin kalau penjelasan saya ada yang salah tolong dimaafkan, soalnya saya sendiri juga bisa dikatakan pemula dan masih butuh banyak masukan dari kalian pecinta fotografi. Terima kasih

Rabu, 17 Oktober 2012

Air terjun gambar: mengatur DSLR Anda untuk menembak air bergerak


Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Gambar air terjun adalah beberapa mata pelajaran yang paling memuaskan Anda bisa menembak dengan kamera digital Anda. Namun, air bergerak cepat melemparkan beberapa tantangan bagi fotografer.
Seringkali, eksposur berakhir mengecewakan - Anda mungkin telah mengatur kecepatan rana yang salah, misalnya, dan tidak akan mendapatkan efek kabur-air tradisional dalam gambar air terjun Anda. Lain kali paparan akhirnya menjadi terlalu gelap atau terang, karena harus mengatasi dengan kombinasi batu gelap dan terang, air bergerak berbusa.
Salah satu manfaat besar dari mengambil gambar air terjun adalah bahwa Anda tidak perlu hari yang cerah untuk memotret mereka. Bahkan, suatu hari mendung adalah bonus, karena memungkinkan Anda untuk menggunakan kecepatan rana lebih lama dan mengurangi kontras yang kemungkinan membuat mendapatkan eksposur sopan seimbang dekat mustahil.
Memastikan gambar air terjun Anda tidak ditiup keluar, bagaimanapun, mungkin adalah hal yang paling penting untuk melihat keluar untuk. Jika air bergerak ditiup keluar dan tidak memiliki tekstur, tembakan secara efektif hancur. Untungnya, histogram kamera digital Anda harus menyimpan sakit hati apapun.

Air Terjun gambar: bisa diatur untuk menangkap air bergerak

Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 01: Grey hari adalah hari yang baik 
Cuaca cerah adalah bencana ketika Anda menembak air terjun. Cahaya terang berarti kecepatan rana, ketika Anda benar-benar membutuhkan yang lambat untuk efek ini. Bahkan lebih penting, hari yang cerah berarti adegan kontras tinggi, dengan daerah putih yang berada di bawah sinar matahari langsung, dan bayangan yang berada dalam kegelapan lengkap.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 02: Tembak setelah hujan deras 
Mendung, kondisi abu-abu adalah yang terbaik, tetapi Anda juga perlu melihat cuaca untuk alasan lain. Pada musim kering, air terjun bisa berubah menjadi menetes. Anda membutuhkan mereka untuk berada dalam serentetan, satu atau dua hari setelah hujan lebat, sehingga ada banyak air untuk menembak. Periksa lokasi dan laporan cuaca di internet sebelum Anda meninggalkan rumah.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 03: Go lambat dengan ISO 
Kita perlu mengatur kecepatan, lambat, atau sangat lambat rana untuk mengubah air yang mengalir ke dalam busa, berbusa susu dalam tembakan kami. Pengaturan pertama untuk memilah-milah pada DSLR adalah ISO. Putar ini untuk sensitivitas terendah, yang akan menjadi 100, 200 atau L1.0 tergantung pada model kamera digital yang Anda gunakan.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 04: file mentah Shoot, tidak JPEGs 
Bahkan dalam cuaca kusam, menyoroti cerah bisa menjadi masalah dengan paparan air terjun.Untuk memberikan diri Anda yang paling kelonggaran saat mengedit, Anda perlu mengatur kualitas gambar yang baku . Kemudian, sehingga Anda dapat mengatur kecepatan rana terpanjang tersedia, beralih modus paparan A (Prioritas Aperture).
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 05: Tiga kaki dgn bertolak pinggang semua 
Tripod adalah penting dengan kecepatan rana lambat. Sebuah model yang memungkinkan Anda untuk melebarkan keluar kaki independen yang terbaik untuk bekerja pada rata, berbatu.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Saat memotret dengan tripod, rilis kabel atau remote control juga berguna sehingga Anda tidak joging setup di setiap paparan.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Gambar Air Terjun baik Langkah 06: Bagaimana lambat harus Anda pergi? 
Pilih aperture sempit bahwa lensa memungkinkan - f/22 merupakan titik awal yang bagus.Dengan ini set up, setengah-tekan tombol rana dan melihat kecepatan rana menampilkan kamera. Sebuah nilai dari kedua 1/4 adalah baik untuk cepat, air yang mengalir, sedangkan 20 detik baik untuk mengoceh brooks.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Baik Waterfall Gambar Langkah 07: Ambil lebih lambat dengan ND suatu 
Jika kondisi tidak akan memberi Anda kecepatan rana cukup lama, memasang filter ND di depan lensa untuk menghalangi cahaya.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Filter density ND8 atau tiga-stop netral memotong 87,5% dari cahaya. Sebuah ND64 atau enam-stop pemotongan 98%. Atau, gunakan polariser untuk memotong hingga 75%.
Waterfall pictures: set up your DSLR to shoot moving water
Gambar Air Terjun baik Langkah 08: Hindari kapur 
Tembak tembakan tes, dan meninjau gambar dengan hati-hati - sangat mudah untuk mendapatkan eksposur yang terlalu gelap atau terlalu terang. Periksa histogram. Jika tembakan terlalu terang, dengan terbakar habis air, mengatur kompensasi eksposur sekitar-1EV dan tes ulang. Jika terlalu gelap, tanpa menyoroti cerah, mensyuting ulang dengan kompensasi eksposur set ke +1 EV.
Suber : Digital Camera World

Rabu, 26 September 2012

Jenis Lensa Kamera dan Fungsinya





Pada kesempatan Posting kali ini saya akan membahas tentanBy Fag photography dan mempelajari tentang jenis lensa kamera dan fungsinya, Pada dasarnya Prinsip photography adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Dan Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan selanjutnya medium disebut lensa. Alat terpenting dari kamera adalah lensa.seperti apakah jenis-jenis kamera yang dipakai dalam photography?

mari kita bahas satu persatu...

Alat terpenting dari kamera adalah lensa. Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya, hingga mampu menerangkan gambar tangkapan, ke medium penangkap (film atau sensor digital).

Lensa terdiri atas beberapa lensa/optik yang berjauhan yang bisa diatur sehingga menghasilkan ukuran tangkapan gambar dan variasi fokus yang berbeda.


Penjelasan tentang episode yang dibahas

1. Persiapan:
Mempersiapkan alat & bahan
2. Bahan dan alat:
Beberapa jenis lensa kamera foto & modelnya.
3. Menjelaskan bahan dan alat:

Beberapa jenis lensa yang banyak dikenal di kalangan fotografer adalah : 


Digunakan untuk mengimbangi setting kecepataan bukaan rana sangat rendah di badan kamera.


Lensa makro



Lensa makro (en:macro lens) adalah lensa yang didesain untuk panjang fokus (en:focus distance) yang sangat pendek. Lensa ini khusus digunakanuntuk menangkap detail maksimal dari suatu objek. Banyak digunakan untuk foto-foto produk dan sains.


Lensa fokus tunggal (en:fixed focus lens) adalah lensa dengan bidang fokus tunggal, biasanya disetel pada jarak hiperfokal. Lensa fokus tunggal didesain untuk mencapai jarak fokal (en:focal distance) yang maksimum sehingga kedalaman ruangdapat mencapai rentang dari jarak dekat hingga jarak terjauh (jarak hiperfokal).

Lensa parfokal

Lensa parfokal (en:parfocal lenstrue zoom lens) adalah sebuah lensa yang mempertahankan ketajaman bidang fokusnya walaupun terjadi perubahan panjang fokus lensa.

Lensa fokus halus

Lensa fokus halus (en:soft focus lens) adalah lensa dengan aberasi speris.
Soft focus adalah sebuah efek pada fotografi yang disebabkan oleh blur akibat aberasi speris kanta. Sebuah lensa fokus halus didesain untuk menimbulkan efek blur tersebut namun tetap menjaga ketajaman setiap garis dari subyeknya. Efek soft focus yang ditimbulkan oleh lensa ini tidak sama dengan efek out of focus yang disebabkan posisi subyek di luar bidang fokus.

Contoh lensa fokus lunak adalah Canon EF 135mm f/2,8 with Softfocus dan Pentax SMC 28mm f/2,8 FA Soft Lens. Keduanya dilengkapi dengan sistem pengaturan aberasi speris, jika aberasi speris tersebut dimatikan, lensa akan menghasilkan citra dengan fokus yang tajam seperti lensa lain pada umumnya.

Lensa sudut lebar

Lensa sudut lebar (en:wide angle lens) adalah lensa dengan panjang fokus lebih pendek daripada lensa normal, sesuai dengan ukuran bingkai citra pada bidang film pada kamera film, maupun dimensi sensor foto pada bidang fokal pada kamera digital.Menurut standar fotografi, lensa normal adalah lensa yang mempunyai panjang fokus mendekati panjang diagonal bidang fokal. Lensa sudut lebar dengan panjang fokus yang lebih pendek akan memproyeksikan lingkaran citra yang lebih besar ke bidang fokal.


Lensa mata ikan (en:fisheye lens) adalah lensa sudut lebar dengan sudut pandang hemisperis yang sangat lebar. Lensa mata ikan pertama kali didesain dan dikembangkan guna kepentingan meteorologi untuk mempelajari barisan awan dan pertama kali disebut whole-sky lenses, lensa mata ikan menjadi populer pada fotografi umum karena distorsi citranya yang khas.

Lensa tele

Lensa Tele (en:telephoto lens) adalah lensa dengan konstruksi panjang yang lebih pendek daripada panjang fokusnya sehingga mengakibatkan pusat optis (en:optical center) berada di luar badan lensa. Sebuah lensa tele dapat dikenali dengan adanya susunan kanta yang disebut telephoto group yang didesain untuk jarak fokus (en:focal length) yang jauh. Telephoto group adalah kanta komposit yang ditemukan oleh Peter Barlow. Sebuah lensa regular yang mempunyai panjang lensa lebih pendek daripada panjang fokusnya, tidak selalu berupa lensa tele. Tetapi pada kenyataan sebuah lensa dengan panjang fokus di atas 280mm selalu dikatakan lensa tele.
Jika sebuah lensa kamera berada pada panjang fokus 200mm dan terfokus ke jarak tak terhingga, exit pupil tersebut berada pada jarak 200mm dari bidang fokal dan pupil tersebut menjadi pusat optis lensa. Ketika panjang fokus lensa ini bertambah, panjang fisik badan lensa akan bertambah panjang jika lensa ini bukan lensa tele. Namun tidak demikian dengan lensa tele, susunan kanta telephoto group membuat cahaya yang dilewatkan oleh kata depan, seakan-akan berasal dari kata dengan panjang fokus yang sangat panjang sebelum diteruskan ke bidang fokal karena sifat fokus negatif.

Lensa tele terberat yang pernah ada, dibuat oleh Carl Zeiss dengan panjang fokus 1700mm f/4 dengan panjang badan lensa 425mm dan berat 256 kg. Didesain untuk kamera medium format Hasselblad 203 FE.

Lensa variabel

Lensa variabel (en:varifocal lenszoom lens) adalah lensa yang tidak dapat mempertahankan bidang fokus pada saat terjadi perubahan panjang fokus karena posisi bidang fokal juga ikut tergeser, sehingga diperlukan pemfokusan ulang setiap terjadi perubahan panjang fokus.
Panjang fokus dari lensa variabel tidak tunggal, tetapi dapat diubah-ubah pada rentang tertentu dari nilai minimum ke nilai maksimumnya. Ukuran lensa variabel sering ditentukan dengan rasio dari panjang fokus lensa yang terpanjang dan terpendek, misalnya sebuah lensa dengan panjang fokus 100mm ke 400mm, dijelaskan sebagai 4:1 atau 4x zoom
Dengan teknologi pengembangan lensa yang modern, degradasi mutu citra yang dihasilkan  oleh lensa variabel, dibandingkan dengan lensa prima, sangatlah minim. Hal ini berbeda dengan sekitar 20 tahun yang lalu, ketika dengan pertimbangan untuk mempertahankan mutu citra, banyak fotografer profesional saat itu memilih untuk bekerja dengan tidak mengandalkan lensa variabel. Walaupun demikian, masih dikatakan bahwa hingga tahun 2009, belum ada lensa variabel dengan ukuran di atas 3x yang dapat menandingi lensa prima dalam hal mutu citra. Tentu hal ini bergantung juga pada kepiawaian seorang fotografer dalam mengatur cahaya, mempertahankan stabilitas kamera dari goncangan selama waktu pajanan dan olah digital.




Lensa superzoom (en:superzoom lenshyperzoom lens) adalah lensa fotografi dengan faktor panjang fokus (en:focal length
factor) yang sangat besar, lebih besar dari 4x.
Faktor panjang fokus dapat berkisar hingga 15x zoom pada kamera refleks lensa tunggal dan 26x pada kamera digital, hingga 100x pada kamera televisi profesional.

Lensa tetap (en:prime lensadalah lensa dengan panjang fokus tunggal. Lensa tetap sering dikatakan mempunyai nilai lebih pada ketajaman hasil citra. Dengan ukuran yang lebih kecil, lensa tetap mempunyai bobot yang lebih ringan dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan lensa zoom pada mutu yang sama. Lensa prima juga mempunyai kelebihan pada kecepatan lensa dan dengan diameter tingkap yang besar (nilai bukaan yang kecil), sebuah lensa tetap menjadi lebih handal untuk digunakan pada pemotretan low light photography dan menimbulkan efek blur dengan kedalaman ruang yang rendah.
Dalam bahasa Inggris, istilah prime dalam konteks lensa telah digunakan sebagai lawan kata zoom. Sebuah lensa prima dengan panjang fokus tunggal dan lensa zoom dengan panjang fokus variabel.

Ambiguitas


Istilah prime lens pada awalnya mempunyai arti lensa utama pada sebuah kombinasi sistem lensa.[12] Ketika sebuah lensa digunakan bersamaan dengan misalnya teleconverter, lensa tersebut sering disebut prime lens yang berarti lensa yang utama, dan teleconverter sebagai komponen tambahan (en:auxiliary).

Beberapa pabrikan lensa seperti ARRI Media, ISCO Precision Optics[14], Schneider Kreuznach[15], Carl Zeiss[16], Canon[17] masih memasarkan produk lensa variabel mereka dengan istilah variable prime sehingga dapat menimbulkan kesan seakan-akan produk tersebut berupa lensa parfokal.

Lensa normal

Dalam fotografi dan sinematografi, lensa normal (en:normal lens) adalah sebuah lensa yang memetakan citra yang nampak seperti perspektif pandang normal mata manusia. Pemetaan perspektif tersebut didapat karena panjang fokus lensa sebanding dengan jarak diagonal bidang fokal dengan sudut pandang diagonal sekitar 53 derajat.

Perspective Correction Lens

Sering juga disebut lensa arsitektur. Lensa ini memperbaiki efek perspektif yang selalu terjadi jika memotret benda tiga dimensi dalam jarak relatif dekat.

Perbedaan penggunaan lensa memberikan perbedaan perspektif. Perspektif adalah ukuran dan kedalaman relatif subjek dalam gambar. Perspektif juga bisa berarti perubahan bentuk, ukuran, dan kedalaman bidang yang relatif akibat perbedaan cara pandang antara objek dengan kamera. Perbedaan tersebut terjadi karena ada pergeseran posisi dalam melihat sesuatu dari sudut pandang, jarak, dan ketinggian yang tidak sama maupun penggunaan lensa dengan focal length yang berbeda.

maupun penggunaan focal length yang berbeda memberikan perspektif yang berbeda pula. Sehingga,penggunaan berbagai jenis lensa memiliki fungsi yang berbeda. Seiring dengan perkembangan optik dan teknologi, variasi lensa menjadi begitu banyak. Hingga saat ini lensa DSLR dibagi dalam tiga kategori besar. Yaitu,

(1) lensa dibedakan berdasar focal length,
(2) rentang optik, dan 
(3) lensa varian.

Macam lensa berdasar panjang fokus terdiri atas lensa tele (tele pendek dan supertele), lensa wide (super-wide dan fish eye), serta lensa normal (standar). Sedangkan lensa berdasar rentang optis terdapat dua macam, yaitu lensa fix dan zoom. Yang terakhir, lensa varian terdiri atas lensa makro, reverse lens, bellow, swing, tilt, dan reflex. Disebut lensa standar atau lensa normal karena memiliki panjang fokus sekitar 50 mm, sama dengan mata manusia saat melihat. Perbedaan mata dengan lensa Penggeseran posisi normal itu hanya terletak pada sudut pandang. Mata manusia hampir 180 derajat dalam melihat sesuatu dari depan. Sedangkan penglihatan lensa standar dibatasi jendela bidik kamera yang punya sudut pandang 46 derajat. 

Namun, sekarang lensa normal tidak hanya memiliki focal length pada nilai 50 mm, melainkan berkembang mulai 46 mm hingga 55 mm. Penyebutannya jadi sulit ketika memakai lensa dengan focal length sekitar 40 mm. Meskipun, pada lensa 35 mm ada kesepakatan disebut lensa sudut lebar atau wide lens. 

Kini lensa normal mengalami pergeseran penyebutan sejak diperkenalkannya kamera digital. Misalnya kamera digital yang tidak full frame dengan magnifikasi 1,5 maupun kamera four third system. Apakah masih relevan penyebutan bahwa lensa 50 mm termasuk kategori lensa normal? Padahal, angka focal length 50 mm dengan magnifikasi 1,5 lensa akan berubah menjadi 75 mm. Berarti, lensa tersebut mendekati jenis lensa tele pendek.

Demikian juga yang terjadi pada four third system, di mana panjang focal 50 mm menjadi 100 mm.aka, mana yang benar, penggunaan angka yang tertera pada lensa ataukah bergantung jenis lensanya? Sebab, tidak semua kamera punya faktor magnifikasi yang sama. Ada yang puny Ma pembesaran 1,3 seperti Canon EOS 1D, ada magnifikasi 1,6 milik entry level kamera Canon yang lain ataukah faktor pembesaran 1,5 milik Nikon kelasmenengah atau pemula. Sedangkan lensa wide memiliki focal length kurang dari 50 mm, lebih tepatnya focal length 35 mm pada kamera full frame. Sifat lensa sudut lebar adalah meluaskan pandangan atau memberikan kesan menjauhkan sesuatu yang dekat. Selain itu, memberikan ruang tajam dan luas, efek bayangan, serta kontras yang tinggi. Tetapi, lensa lebar Sehingga, lensa wide (lebar) lingkungan foreground tampak lebih lebar daripada background.

Lain halnya dengan lensa tele. Fungsinya adalah mendekatkan objek dengan merapatkan gradasi lapisan pada latar depan sampai latar belakang sehingga memiliki ruang tajam pendek. Benda yang berada jauh di belakang seakan berimpit. Semakin panjang focal length, makin sempit ruang tajamnya.

Sekarang banyak juga produk lensa yang menggabungkan wide, normal, dan tele dalam satu kesatuan. Tetapi, lensa yang punya rentang focal length panjang seperti 18-200 mm tersebut memiliki kecenderungan penurunan kualitas foto. Pemakaian focal length mendekati angka 18 mm akan terlihat tajam dengan kontras tinggi. Bila mendekati panjang fokus 200 mm, foto cenderung mengalami penurunan ketajaman dan warna.

memberikan efek distorsi yang mencembungkan daerah sekitar lingkaran tengah dan memipihkan bagian pinggir foto.

Demikian Penjelasan saya mengenai Jenis-jenis Lensa Kamera dan Fungsinya, mohon maaf jika ada kekeliruan kata-kata maupun penjelasan. Terima Kasih.


Sumber Dari : Pengalaman Pribadi dan Wikipedia.